IPB University Berikan Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan atas Dedikasi Ilmu untuk Negeri

Dedikasi Ir Muhammad Gunung Soetopo dan Almarhum Ir Mohammad Nadjikh dalam mengimplementasikan keilmuannya untuk negeri, mendorong IPB University untuk memberikan gelar Doktor Kehormatan atau Doktor Honoris Causa kepada keduanya. Pemberian gelar kehormatan ini dilakukan pada acara Sidang Terbuka yang digelar Sabtu, 24 Oktober 2020 dan ditayangkan secara live streaming di YouTube IPB TV.

"Ciri alumni IPB tidak lepas dari tiga kunci yakni integritas, inovasi dan inspirasi. Apresiasi kita pada orang-orang yang memilki integritas dan inspirasi. IPB dapat memberikan gelar kehormatan pada perseorangan yang berkontribusi bagi kesejahteraan umat manusia. Selamat kepada Ir. Muhammad Gunung Soetopo dan Almarhum Ir Mohammad Nadjikh yang telah memenuhi ketentuan dalam meraih gelar Doktor Kehormatan atau Doktor Honoris Causa," ungkap Prof Arif Satria selaku Rektor IPB University.

Prof Dr M Syukur menyampaikan diberikannya gelar doktor kehormatan kepada dua tokoh ini didasarkan pada hasil putusan Sidang Pleno Senat Akademik (SA) IPB University tanggal 27 Agustus 2020 yang  menetapkan dan menyetujui pemberian gelar doktor kehormatan (doktor Honoris Causa) kepada Ir Muhammad Gunung Soetopo dalam bidang Ilmu Tanah dan Ir Muhammad Nadjikh (alm) dalam bidang Teknologi Industri Pertanian.

Ir Muhammad Gunung Soetopo yang akrab disapa Gun Soetopo adalah lulusan Sarjana Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB University tahun 1982 yang hingga kini secara konsisten menekuni bidang pertanian di Indonesia. Karena motivasinya yang tinggi untuk menjadi petani, pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ditinggalkan setelah tiga tahun dijalaninya.

Gun Soetopo, dengan kreasi dan inovasi (Krenova)-nya berhasil mengubah lahan bekas tambang menjadi perkebunan buah naga bernama Sabila Farm. Upaya membangun pertanian dengan watak techno-socio-entrepreneurship ini telah menghasilkan capaian dan dampak yang luar biasa bagi pengembangan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, kemanusiaan dan kemasyarakatan untuk pembangunan pertanian di Indonesia.

Prof Dr Budi Mulyanto, sebagai promotor Gun Soetopo dalam pemaparannya menyampaikan, "Gun Soetopo layak untuk mendapatkan gelar doktor kehormatan karena kiprah dan karya-karya nyatanya dalam mentransfer ilmu dan teknologi kepada masyarakat."

Dalam orasinya, Gun Soetopo mengatakan, "Bertani kalau dilakukan dengan hati maka pengerjaan sederhana. Kunci pengembangan lahan marginal untuk budidaya tanaman buah naga yaitu berani memulai dan tidak ragu-ragu. Jangan ragu-ragu. Kalau sudah memulai, harus berani, pasti akan ada hasilnya. Niat, tekad, dan nekat. Jebret, jebret, jebret."

Menelusuri perjalanan kiprah Gun Soetopo, kita dapati fakta bahwa berbagai usaha pernah ia lakukan. Mulai dari mengumpulkan sampah pasar untuk kompos, mengumpulkan sabut kelapa untuk membuat media tanam tanaman hias (suplir, anggrek dan berbagai jenis tanaman hias lainnya), mengumpulkan tanah di bawah rumpun bambu untuk dipakai sebagai media pembibitan, memproduksi bibit tanaman buah-buahan, dan menanam untuk produksi berbagai buah-buahan pada berbagai jenis tanah.

Setelah mendapatkan berbagai pengalaman mendayagunakan lahan dengan menanam berbagai jenis tanaman hortikultura, Gun Soetopo mengkondensasikan hasil pembelajarannya yang mendalam, fokus dan serius dalam bentuk Rumusan Filosofis, Rumusan Prinsip, dan Rumusan Kisi-kisi untuk menyusun kreasi dan inovasi (Krenova) bagi Pendayagunaan Lahan Marginal untuk Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia.

Krenova ini berupa ilmu, teknologi, motivasi, dan prinsip-prinsip yang merupakan langkah praktis dalam pendayagunaan lahan marginal untuk membangun, meningkatkan dayaguna dan menjaga kesinambungan (sustainability) kinerja lahan yang didayagunakan dalam memproduksi hasil yang premium dan berintegritas.

Transfer dan implementasi berbagai Krenova kepada orang lain atau masyarakat yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia telah berhasil mendayagunakan lahan marginal. Misalnya lahan cadas, lahan karst, lahan gambut bekas kebakaran, lahan kering, lahan bekas tambang serta lahan-lahan lainnya yang kini menjadi 25 Kebun Hortikultura Buah, yang menjadi pusat produksi buah, tempat pendidikan dan latihan serta tempat wisata.
Kebun-kebun ini menjadi salah satu destinasi wisata dengan jumlah pengunjung ratusan (100-an) orang per bulan di setiap kebunnya, sehingga sangat nyata meningkatkan kegiatan ekonomi wilayah.

Sementara itu, Almarhum Ir M Nadjikh, atas kontribusi yang luar biasa selama lebih dari 25 tahun di bidang produksi dan pengolahan hasil perikanan laut (seafood industry) Indonesia, juga berhak menyandang gelar kehormatan ini.
Almarhum Ir Nadjikh dengan perusahaannya yang bernama Kelola Group, menaungi 32 perusahaan dengan 14.000 karyawan, mampu memenuhi permintaan pasar seafood ke 30 negara.  Dari Amerika, Eropa, Jepang, Kanada, Rusia, Singapura serta negara-negara Timur Tengah dan Afrika.

Menurut Prof Anas M Fauzi, Ir M Nadjikh meninggal dunia pada tanggal 17 April 2020. Mempertimbangkan bahwa proses penyiapan dokumen Usulan Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan Ir M Nadjikh sedang berlangsung serta mengacu pada Peraturan Senat Akademik IPB nomor 07/SA-IPB/P/2015 tentang Norma Pemberian Penghargaan IPB, maka proses pengusulan tetap dilanjutkan.

"Almarhum punya keyakinan bahwa tanpa ada kolaborasi akan sulit untuk menghasilkan komoditas ekspor. Kolaborasi diantaranya disempurnakan oleh pemerintah sebagai katalisator. Berbagai elemen pendukung, tetap saja tidak cukup. Hal yang paling penting adalah ibadah kepada Allah. Hal ini terbukti telah memberikan senyuman kepada petani dan nelayan,"  tutur Dr Illah Sailah, yang juga promotor dari Alm Ir M Nadjikh.

Poin-poin inilah yang menjadi pendukung dari kiprahnya yang sangat besar sehingga layak untuk diberi penghargaan Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan.